Kamis, 11 Februari 2010

Pilihan Kita !



Menjadi Pablo dan Bruno

Adalah Pilihan Bukan Kesempatan


Kisah lama yang sangat banyak orang telah terilhami dari cerita ini. Dan sangat mungkin Anda ingin mendengar kembali, karena ada sudut pandang berbeda yang pasti didapatkan dengan kondisi Anda saat ini.

Pablo dan Bruno adalah dua orang pemuda yang hidup di daerah terpencil, daerah yang cukup sulit mendapatkan air untuk kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari warga harus mengangkut ember berisi air dari jarak yang cukup jauh. Dari sumber air dibalik bukit desa mereka. Perjalanan yang jauh, beban yang berat dan jalanan yang masih sangat buruk.

Dua pemuda ini berfikir, bahwa dari pada mencari bersusah-susah sebenarnya mereka bisa saja, membeli air tersebut jika ada yang menjualnya. Mereka akhirnya menawarkan diri untuk jasa pengambilan air setiap harinya. Dan ternyata banyak sekali warga yang berminat, dengan mengganti sejumlah uang, mereka mendapatkan air. Sementara waktu mereka digunakan mengerjakan aktivitas rutin keseharian.

Berminggu-minggu mereka melakukan tugas itu dan tanpa lelah tetap dijalankan. Namun setiap malam, betapa lelah yang mereka rasakan. Setelah bekerja seharian. Menukar waktu dengan sejumlah uang itu. Jumlahnya juga selalu sama, kalau toh ada perubahan jumlah uang yang diterima itu tidak seberapa.

***

Sama saat kita menjadi seorang karyawan. Seluruh tenaga dan waktu kita tukarkan dengan gaji selama sebulan. Semuanya diatur sedemikian oleh perusahaan sehingga memang waktu semua tercurah untuk perusahaan tersebut. Jika dari seluruh waktu tercurah itu tidak ada nilai tambah, maka menjadi sangat menyesakkan. Kita boleh berhitung, kalau jujur jawaban yang diberikan, berapa dari mereka yang merasa bahagia dan sangat menyenangi pekerjaanya. Berbagai sarana untuk memotivasi diberikan, namun tetap saja ada yang kurang. Karena nilai tambah yang tidak ada.

Sama dengan Pablo dan Bruno, pada saat awal. Mereka termotivasi dengan sejumlah uang yang didapatkan. Namun segera menjadi titik ketidakpuasan, karena merasa sama tidak terjadi perubahan dalam hal pendapatan. Akhirnya telah menumbuhkan dengan suburnya rasa kebosanan. Prestasi akan menjadi semakin berkurang, dan ini awal yang tidak baik. Karena perasaan dan hati sudah tidak bersinergi.

***

Pada suatu hari, Pablo menyampaikan ide ke Bruno. Karena merasa bahwa hal yang dilakukan sekian waktu, benar-benar melelahkan. Bahkan mungkin sekali pada hari atau minggu berikutnya, jumlah ember yang bisa diangkut akan semakin berkurang. Sehingga penghasilan juga akan menurun. Pablo mengusulkan membuat saluran pipa dari sumber air ke desanya. Sehingga tanpa lelah mengangkut ember, air sudah bisa dijual.

Hal ini ditolak oleh Bruno. Merupakan hal yang tidak mungkin fikirnya. Bagaimana dengan modal? Kapan mau dikerjakan? Dan beribu alasan penolakan. Sehingga Bruno tidak bisa menerima ide tersebut.

Pablo dengan semangat dan sangat yakin, bahwa hal ini bisa dilakukan. Semuanya bukan mustahil. Karena sesuatu yang bisa diupayakan. Tinggal kemauan dan menyisihkan sedikit waktu, atau memberikan waktu dan tenaga extra untuk pekerjaan ini diluar pekerjaan rutin, mengangkut embernya.

Pada pagi harinya, Pablo dan Bruno, sama-sama melakukan aktivitas yang tetap sama. Namun pada sore hari, Pablo sengaja berhenti lebih cepat. Dia mulai melakukan niatnya. Membuat saluran pipa. Benar-benar hal ini menjadi tertawaan Bruno. Bagaimana mungkin Pablo akan punya waktu untuk selesaikan, karena untuk mengangkut ember harus tetap dijalankan. Jika berhenti, maka penghasilan juga akan berhenti. Jika berkurang penghasilan akan berkurang. Namun Pablo, tetap berjalan dengan rencananya. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan temannya. Dia tetap take action, karena yang dia fikirkan bahwa, sukses itu bukan kesempatan, tetapi merupakan pilihan. Dan dia sendiri yang paling berhak menentukan pilihannya.

***

Suskes adalah pilihan bukan kesempatan. Keberanian take action Pablo yang luar biasa ini yang sangat jarang dimiliki oleh siapa saja. Saat dalam titik kenyamanan semu ini sering tertipu oleh keadaan. Sehingga menjadi tidak dibutakan terhadap keadaan lebih baik lainnya yang sangat banyak. Titik kenyamanan semu seperti berusaha bisa cukup dengan gaji yang diterima, walau sebenarnya masih jauh dari keinginan. Dengan terpaksa harus menunda untuk memiliki sesuatu, dll.

Tingkat kenyamanan semu ini sering kali terjadi karena didasari oleh sifat mudah menyerah. Semua harapan yang sudah tegak, dipatahkan. Berkaca pada keadaan yang tidak lebih baik dari dirinya, sehingga menjadi pola bersyukur yang salah.

Kenyamanan semu ini juga terjadi, karena waktu yang tersedia yang sebenarnya banyak dan cukup diluar waktu kerjanya, terpatahkan oleh keyakinan bahwa waktu kerja adalah jam kerja. Karena jam kerja sudah ditukarkan dengan gaji, maka waktu itu sudah habis.

Banyak terjadi loyalitas buta yang juga membuat buta untuk melihat kehidupan yang lebih baik. Namun lebih banyak lagi karena merasa sudah tidak punya daya untuk melakukan hal lain selain pekerjaannya secara rutin. Sudah terlalu lelah saat barter tenaga dan waktu dengan gajinya.

Pilihan mencari kehidupan yang lebih baik, seperti yang dilakukan Pablo, dengan memulai diluar waktu rutinnya, menjadi hal yang sangat sering ditolak dengan banyak alasan. Seandainya Pablo memiliki keberanian yang lebih kuat lagi, maka yang akan dilakukannya adalah, berhenti total mengangkat ember dan segera membangun jaringan pipanya. Namun yang dilakukan Pablo dengan keduanya tetap berjalan.

Ada ibarat yang sering dilontarkan, berdiri di dua kapal atau bakar satu kapal sekalian. Dua-duanya sangat baik. Apa yang buruk? Tidak melirik kapal lainnya.

***

Dan setelah kegiatan Pablo berjalan beberapa bulan, tanpa sadar ternyata jalur pipa yang dibuatnya, sudah selesai tiga perempat dari keseluruhan. Kini dia tidak lagi mengambil air dari jarak yang jauh, namun dari ujung pipa. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan pelanggan ember airnya memakan waktu yang relatif lebih sedikit. Sehingga bagian waktu yang lebih panjang, digunakan untuk tahap penyelesaian. Bruno, temannya, tetap melakukan rutinitas seperti sedia kala. Namun saat ini, waktu istirahat keduanya sudah sama. Namun Bruno tampak lebih lelah dan letih. Wajar saja, karena jarak angkut yang dilakukan Bruno masih seperti saat pertama mereka berdua memulai. Sedangkan Pablo sudah sangat jauh lebih dekat. Pagi hari mereka berangkat bersama-sama. Walau dengan rutinitas yang sudah mulai berbeda.

Tidak lama dari waktu itu, Pablo sudah menyelesaikan pekerjaan membuat salurannya. Sekarang dia tidak lagi mengangkut ember-ember lagi. Saat ini melayani dan melakukan perawatan berkala. Melakukan perbaikan apabila terjadi sedikit kerusakan atau saat air tidak lancar melakukan pemeriksaan. Sudah tidak mengangkat ember lagi. Tenaga jauh lebih hemat dan juga waktu. Sehingga saat ini pelanggan semakin banyak. Ya, dia sudah totalitas dengan memelihara jalur pipanya. Tidak lagi mengangkut ember satu persatu. Dia telah mendapatkan kebebasan waktu mengelolanya. Dia sendiri yang menentukan kapan harus istirahat ataupun libur.

Bruno tetap melakukan rutinitas yang sama. Walau badannya tidak sekuat dulu, namun tetap pada loyalitas dengan pekerjaanya. Dia tetap dengan rajin berangkat pagi hari, istirahat dan makan siang pada tengah hari pada beberapa saat dan selesai sore hari. Pulang kerumah dengan lelah dan letih, menukar waktunya dengan uang hasil menjual air. Malam merasakan betapa lelah dan letih, bahkan dengan bertambahnya usia, sudah memerlukan tambahan suplemen untuk tetap bisa bekerja seperti sedia kala.

Kadang Bruno berfikir, sampaikapan dia bisa bertahan seperti ini. Dia sekarang sangat sadar, untuk mendapat hasil yang besar apalagi menabung, menjadi hal yang teramat sangat sulit. Belum lagi ada pengeluaran tambahan, obat dan jamu agar tetap bisa bekerja hingga sore hari. Dia mulai banyak berfikir, saat ini sudah muncul tenaga-tenaga yang lebih muda. Bahkan banyak pelanggannya yang berpindah membeli kepada Pablo. Karena dia terlambat dalam melayani. Dia berfikir keras dan menyesal, karena baru sadar saat ini dengan apa yang dilakukan temannya Pablo. Namun semua sudah berlalu. Dan jika saat ini hendak memulai, sebenarnya masih ada waktu.

***

Pablo sudah membakar kapal yang menjadi pijakannya. Yang tadinya berdiri di dua kapal, salah satunya telah dibakar habis. Saat ini total waktu digunakan untuk kapal lainnya. Itu diawali dengan sedikit susah payah. Namun akhirnya dia mendapatkan kepuasan yang bukan semu. Dia telah mendapatkan waktu dan kebebasan berkreativitas. Dengan yang terjadi saat itu, Pablo, sangat mungkin memperluas ‘kapal’nya. Sekali lagi keputusan yang diambilnya adalah pilihan. Bukan karena kesempatan atau keterpaksaan.

Bruno, melihat keberhasilan Pablo. Dia sadar sekali saat ini. Namun dia baru bisa memulai saat ini. Saat dia sadar. Tentu dengan lebih besar tantangan. Namun karena terlambat jauh lebih baik daripada tidak sama sekali, maka mengambil keputusan memiliki kapal baru adalah yang terbaik.

Jika saat ini masih sebagai karyawan, maka mulai membuka usaha apapun saat ini jauh lebih baik. Bukan menjadi penonton orang lain yang berwirausaha dan sukses. Namun ikut menjadi subyek yang sukses juga.

Banyak Pablo-pablo masa kini yang bersedia berbagi ilmu, bagaimana berpindah dari ‘pengangkut ember air’ menjadi ‘manusia pipa’. Banyak yang berbentuk pusat pelatihan, pendidikan, training, seminar, dll. Sehingga sangat mudah saat ini dibanding dengan Pablo pada masa lalu. Tidak perlu sulit dengan ide sendiri, terlampau banyak pilihan ide yang bisa dibuat.

***

Wirausaha Adalah Pilihan, Bukan Kesempatan. Jadi Kita Yang Menciptakan !


by Yant Subiyanto

Rabu, 10 Februari 2010

9 Type Entrepreuneur

Hello Sobat Smart!

Terima kasih telah menyempatkan diri membaca artikel dari kami. Kami akan selalu berusaha mengirimkan artikel yang bisa sobat smart baca dan telaah, sebagai bahan renungan. Topik kita artikel kita kali ini adalah 9 Tipe Kepribadian Entrepreneur mengapa topic ini menjadi penting? Karena untuk dapat menempatkan diri kita pada sesuatu yang efektif dan efisien, kita perlu tahu benar siapa dan bagaimana karakteristik kita. Bukan begitu? Paling tidak agar kita bisa tahu apa yang kita butuhkan untuk sukses.


Karena dengan mengetahui tipe kepribadian dalam menjalankan sebuah bisnis, Anda bisa lebih terarah dalam memimpin bisnis.

Yang Manakah Tipe Kepribadian Sobat?


1. The Improver.

Anda memiliki kepribadian ini jika Anda menjalankan bisnis dengan menonjolkan gaya improver alias ingin selalu memperbaiki. Anda menggunakan perusahaan Anda untuk memperbaiki dunia. Improver memiliki kemampuan yang kokoh dalam menjalankan bisnis. Mereka juga memiliki intergritas dan etika yang tinggi.

Personality Alert: Waspadai sifat Anda yang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu kritis terhadap karyawan dan pelanggan Anda.

Contoh Entrepreneur: Anita Roddick, pendiri The Body Shop.


2. The Advisor.

Tipe kepribadian pebisnis seperti ini bersedia memberikan bantuan dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini yaitu pelanggan adalah benar dan kita harus melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.

Personality Alert: Seorang advisor bisa jadi terlalu focus pada kebutuhan bisnis mereka dan pelanggan, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan mereka sendiri dan bisa-bisa malah cape hati sendiri.

Contoh Entrepreneur: John W. Nordstrom, pendiri Nordstorm.


3. The Superstar.

Inilah bisnis yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan energi tinggi dari Sang CEO Superstar. Pebisnis dengan kepribadian seperti ini biasanya membangun bisnis mereka dengan personal brand mereka sendiri.
Personality Alert: Pebisnis dengan tipe ini bisa menjadi terlalu kompetitif dan workaholics.

Contoh Entrepreneur: Donald Trump, CEO Trump Hotels & Casino Resorts.


4. The Artist.

Kepribadian pebisnis seperti ini biasanya senang menyendiri tapi memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti pada perusahaan agen periklanan, web design, dll.

Personality Alert: Pebisnis tipe ini bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan Anda, walaupun kritik dari mereka bersifat membangun.

Contoh Entrepreneur: Scott Adams, pendiri dan penggagas Dilbert.


5. The Visionary.

Sebuah bisnis yang dibangun oleh seorang visioner biasanya berdasarkan visi masa depan dan pemikiran pendirinya. Anda memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengerti dunia di sekeliling Anda dan akan membuat rencana untuk menghindari segala macam rintangan.

Personality Alert: Seorang visioner bisa jadi terlalu focus pada mimpi mereka dan kurang berpijak pada realitas. Dan jangan lupa, menyertai visi Anda dengan melakukan tindakan
nyata.
Contoh Entrepreneur: Bill Gates, pendiri MicroSoft Inc.


6. The Analyst.

Jika Anda menjalankan bisnis sebagai seorang analis, perusahaan Anda biasanya memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam suatu cara sistematis. Seringkali berbasis pada ilmu pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis perusahaan biasanya hebat dalam memecahkan masalah.
Personality Alert: Hati-hati dengan kelumpuhan analisa. Bekerjalah dengan mempercayai orang lain. Contoh Entrepreneur: Gordon Moore, pendiri Intel.


7. The Fireball.

Sebuah bisnis yang dimiliki oleh si Bola Api ini biasanya dioperasikan dengan penuh hidup, energi dan optimisme. Pelanggan merasa perusahaan Anda dijalankan dengan tingkah laku yang fun.
Personality Alert: Anda bisa jadi berkomitmen yang berlebihan terhadap tim Anda dan bertingkah laku terlalu impulsif. Seimbangkan keimpulsivan Anda dengan rencana bisnis.

Contoh Entrepreneur: Malcolm Forbes, penerbit dan pendiri Forbes Magazine.


8. The Hero.

Anda memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin dunia dan bisnis Anda melalui segala macam tantangan. Anda adalah inti dari kewirausahaaan dan bisa mengumpulkan
banyak perusahaan besar.

Personality Alert: Terlalu mengumbar janji dan menggunakan taktik kekuatan penuh untuk mendapatkan sesuatu dengan cara Anda tidak akan berhasil dalam jangka waktu panjang. Untuk
menjadi sukses, percayailah keterampilan kepemimpinan Anda untuk menolong orang lain menemukan jalan mereka.

Contoh Entrepreneur: Jack Welch, CEO GE.


9. The Healer.

Jika Anda adalah seorang 'penyembuh', Anda bersifat pengasuh dan penjaga keharmonisan dalam bisnis Anda. Anda memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa dan keteguhan disertai dengan ketenangan dari dalam.

Personality Alert: Karena sifat perhatian Anda dan kepenyembuhan Anda dalam menjalankan bisnis, Anda bisa jadi menghindari realitas di luar sana dan selalu terlalu berharap. Gunakan skenario perencanaan untuk persiapan datangnya masalah.

Contoh Entrepreneur: Ben Cohen, salah satu pendiri Ben & Jerry's Ice Cream.


Nah, dengan mengetahui 9 tipe kepribadian dalam menjalankan sebuah bisnis, Sobat Smart bisa lebih terarah dalam membangun bisnis . Tapi yang tak kalah pentingnya adalah pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis itu sendiri, termasuk bagaimana cara memasarkannya.

9 dari 10 Kekayaan Ada di Tangan Pedagang

Enterpreneurship (kewirausahaan), dalam beberapa tahun terakhir menjadi topik yang makin sering dibicarakan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 telah mengajarkan kepada masyarakat bahwa menggantungkan harapan kepada orang lain (bekerja pada orang lain) sudah bukan lagi pilihan utama sebagaimana yang selama ini selalu diajarkan oleh para orang tua kita sejak kita masih kecil. Krisis ekonomi telah menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa jutaan pegawai. Angka pengangguran melonjak drastis. Baik mereka yang menganggur karena belum juga dapat pekerjaan, baru lulus kuliah, maupun para penganggur baru yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang bangkrut.

Di sisi lain, krisis ekonomi telah menumbuhkan ''berkah'' berupa lahirnya para enterpreneur (wirausahawan) baru. Mereka ini adalah orang-orang yang jeli melihat peluang, dan tak gamang menghadapi kesulitan-kesulitan. Ketika banyak orang meratapi nasibnya yang malang akibat terkena PHK dan tak juga dapat pekerjaan, mereka mengarahkan segenap daya dan upaya untuk menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Mereka menyadari bahwa jalan untuk meraih sukes, kekayaan maupun kebahagiaan bukanlah dengan menjadi kuli, melainkan menjadi bos bagi diri sendiri dan orang lain. Mereka menyadari bahwa rezeki itu sebagian besar ada di tangan pengusaha, bukan di tangan pekerja. ''Nabi Muhammad pernah mengatakan bahwa sembilan dari 10 kekayaan berada di tangan pedagang, sedangkan sisanya yang hanya satu bagian itu dibagi-bagi di antara sekian banyak orang yang lebih memilih menjadi pekerja,'' kata Presiden Direktur/CEO PT Foodland Adam Mandiri Islami (Foodland), Novian Mas'ud pada pembukaan showroom Foodland Shohib dan Stock Center Manajemen Qolbu Barokah di Cipondoh, Tangerang, pekan lalu. Karena itulah, kata Novian, masyarakat kini sebaiknya lebih memperhatikan aspek pengembangan ekonomi, khususnya bidang kewirausahaan. '' Nabi menganjurkan umatnya untuk menjadi pengusaha, bukan menjadi pekerja,'' tandasnya.

Novian menambahkan, sejarah pengembangan Islam di zaman Rasulullah penuh dengan contoh para konglomerat yang mengembangkan bisnisnya untuk kepentingan masyarakat luas. '' Kita mengenal nama-nama seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah konglomerat di zamannya. Istri Rasulullah, Siti Khadijah juga merupakan konglomerat,'' paparnya. Menurut Novian, para konglomerat Muslim di masa lalu telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah, yang dilandasi pada dua hal, yakni halal dan thoyyib. Artinya, bisnis tersebut tidak hanya halal, tapi juga harus baik. Baik sumbernya, prosesnya, maupun hasil akhirnya. '' Salah satu aplikasi ekonomi syariah itu adalah ritel syariah,'' kata pengusaha yang sejak Desember 2004 mengembangkan showroom Foodland Shohib dan sedang menyiapkan pendirian hipermarket halal Foodland.

Hal senada dinyatakan oleh KH Idup Indrawan, pimpinan Yayasan Yatim Al Mubarok, Cipondoh, Tangerang. '' Rasullah, sejak masa mudanya telah menekankan pentingnya berbisnis. Beliau telah merintis usaha bisnis sejak masih usia belasan tahun. Beliau juga telah mencontohkan bagaimana cara berbisnis yang baik, yakni bisnis yang dilandasi oleh kejujuran dan keterbukaan, aman dan kecerdasan, sehingga Beliau digelari Al Amin, artinya orang yang dapat dipercaya,'' tegasnya. Menurut Idup Indrawan, kewirausahaan menjadi sangat penting bagi umat Muslim untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi. ''Selama ini umat Islam hanya menjadi penonton, sehingga ekonomi dikuasai oleh umat lain. Kalau umat Islam ingin bangkit dari ketertinggalan di bidang ekonomi, maka umat Islam harus mengarahkan kembali perhatiannya pada bidang ekonomi seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat dahulu,'' tandasnya.

Pemilik Foodland Shohib dan Stock Center Cipondoh, Masrukin mengatakan pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat untuk berbisnis. '' Asalkan kita menyadari potensi kita dan mau bersatu, insya Allah kita bisa menjadi pengusaha yang berhasil,'' tuturnya. Masrukin lalu mencontohkan falsafah jari-jari tangan. Ibu jari berarti setiap orang punya kekuatan dan potensi. Telunjuk berarti motivasi. Jari tengah menandakan perlunya keseimbangan antara dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Jari manis bisa tegak kalau ditopang oleh tangan yang satu lagi, artinya perlu kolaborasi dengan pihak lain. Sedangkan kelingking, sebagai jari yang paling kecil mengandung falsafah jangan sampai hal-hal kecil mengganggu suatu usaha bisnis. '' Semua jari itu bisa mengepal bila ditopang oleh telapak tangan. Artinya, untuk sukses bisnis, kita harus bersatu. Sumberdaya yang ada harus dikelola dengan baik. Artinya, perlu manajemen yang baik,'' ujar Masrukin. (Sumber Republika Senin, 16 Mei 2005)

Senin, 25 Januari 2010

Kupu-kupu Yang Gagal

Saat musim bunga dimana-mana, biasanya juga musim kupu-kupu terlahir ke dunia. Berbagai rupa kupu-kupu yang begitu indah, menghiasi taman-taman, pesawahan, kebun, sekitar rumah dan banyak lagi. Keagungan warna dari Illahi ini sering membuat kita berdecak dengan kagum. Saat musim tiba, berpuluh, beratur bahkan beribu kupu-kupu terbang kesana kemari. Dengan tiada lelah mereka mencicipi berbagai bunga tuk mengambil sarinya.
Tapi apakah semua kupu-kupu bisa sukses dan terbang kesana-kesini untuk mencari sari bunga? Apakah proses yang kita kenal dengan metamorfosis dalam biologi secara mudah dilalui oleh seekor kupu-kupu?

Sebelum menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan indah, yang dengan lincah terbang kemanapun suka, kita tengok kembali jauh sebelumnya. Proses begitu panjang. Dari mulai telor yang kecil-kecil, menetas sebagai seekor ulat, lalu harus berpuasa dan "diet" sangat kuat pada tahapan sebagai kepompong, lalu paksakan diri keluar dari kepompong dan mencoba terbang.

Setiap tahapan tentu sangat besar resiko yang menghadang. Dari telor yang sangat disukai para semut, lalu jadi ulat yang banyak dibenci oleh orang karena kerakusannya, kadang digunakan mainan oleh anak-anak. Saat jadi kepompong hidup dengan berpasrah karena hanya bergantung yang tanpa mampu membela diri. Pada saat sudah siap, dia harus menguak cangkang kepompong dengan sekuat-kuatnya sehingga bisa keluar. Dan pada saat itu sangat tersiksa, cairan dalam tubuhnya seperti terperas, sayap yang indah dipaksa beradu dengan lubang cangkang yang begitu kasar. Dia belum bisa terbang, karena penguatan sarafnya perlu pemanasan dari matahari hingga mampu terbang.

Jika kita melihat kupu-kupu yang sedang keluar dari kepompong, tentu kita mempunyai rasa iba terhadapnya. Memang itu proses alamiah, tetapi kita cermati bahwa itu adalah sebuah filosofis yang begitu dalam dalam makna kehidupan. Bagaimana kalau kita coba menolong kupu-kupu tersebut dari kepompong? Tentu saja dia tidak usah keluar dengan susah payah, cukup kita buatkan lobang yang lebih besar dan dia segera keluar dari kepompong tersebut.

Namun dengan kita membantu hal itu, malah kita sedang membunuh kupu-kupu tersebut secara perlahan. Dengan cairan ditubuhnya tidak banyak berkurang, maka sayap yang indah terkena matahri tidak bisa mengembang. Kupu-kupu yang gagal tersebut tidak akan pernah merasakan bagaimana dia terbang dengan leluasa. Mencari sari dari berbagai macam bunga. Namun dia akan tidak pergi jauh-jauh dari tempatnya, sambil menunggu nasib berikutnya tanpa memiliki pilihan lain. Mungkin akan menjadi mangsa binatang lain atau mati dengan sendirinya.

Ya, itu kupu-kupu yang gagal. Gagal karena pertolongan yang tidak semestinya. Hanya karena faktor iba atau kasihan, akhirnya kupu-kupu tersebut mengalami hal yang perlu lebih dikasihani. Apakah ini mungkin juga sering terjadi pada kita manusia? Kadang kita terlalu mudah kasihan dan iba dengan proses kehidupan yang penuh ujian, sehingga kita melakukan hal yang kita anggap pertolongan, namun sebenarnya penjerumusan. Atau bahkan kita sendiri "yang merasa tidak mampu keluar dari cangkang kepompong kita" sehingga dengan mudahnya meminta belas kasihan dari orang lain, untuk mengentaskan. Lalu kita menjadi lemah dan cengeng yang akibatnya hanya terbatas pada pilihan "mati".

Mati bukan berpisahnya ruh dan badan, namun mati dalam motivasi, mati dalam kreativitas, mati dalam kinerja, mati dalam harapan, mati dalam cita, mati dalam keberanian dan masih banyak lagi mati-mati yang terjadi. Jadilah kita "kupu-kupu" yang tidak tajut sendiri keluar dari cangkang kepompong kita, karena apapun yang dibebankan kepada kita sudah dalam takaran yang kuasa.